Tuesday, May 21, 2013

KLIK DISINI!

Menghitung Masa Subur Wanita No comments yet

Pengetian Masa Subur
Masa Subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan dimana terdapat sel telur yang matang yang siap dibuahi, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan.
pengertian lainnya, Masa Subur wanita adalah suatu masa yang berada disekitar waktu keluarnya sel telur tersebut (umumnya bagi yang mempunyai siklus haid 28-30 hari berada antara hari ke 12 hingga hari ke 18 dihitung dari hari pertama haid ).
Cara Menghitung dan Menentukan Masa Subur
Untuk menghitung masa subur sebenarnya tidak telalu sulit hanya saja memerlukan ketelitian dan kesabaran agar memperoleh hasil maksimal.
Bagi anada wanita yang ingin hamil untuk mengetahui, menentukan dan menghitung masa subur anda supaya hamil. Anda harus mengetahui apakah ada sel telur yang siap di buahi. Menurut salah satu dokter di sebuah sakit ternama di Jakarta mengatakan,” Masa subur bisa diketahui dengan menghitung dari periode menstruasi, perubahan pada lendir dan perubahan suhu tubuh”.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghitung masa subur untuk wanita yang ingin hamil, yaitu :
1. Siklus Haid
Masa subur akan mudah diketahui jika siklus haid anda setiap bulannya lancar dan normal. Ada ahli yang berpendapat sikulus haid normal 28 hari, pertengahan siklusnya hari ke – 14 ( 28 : 2 ), masa suburnya 3 haari sebelum hari ke -14, yaitu ( 14 – 3 ) dan 3 hari setelah hari ke -14 yaitu hari ke -17 ( 14 + 3 ) adi masa subur terjadi pada hari ke -11 dan hari ke -17
Ada pula cara / rumus lainnya dalam menghitung masa subur dengan sistem kalender, seperti berikut ini :
Masa Subur = Hari Terakhir Haid Menstruasi + 13
Masa Prasubur = Masa Subur -3 & Masa Subur + 3
sebelum menggunakan metode ini disarankan pasangan suami – istri harus mengetahui masa subur masing-masing, siklus masa subur pada wanita tidak sama dengan wanita lainnya, dpat dilakukan pengamatan secara minimal 6 kali siklus haid / menstruasi.
jika siklus haid teratur ( 28 hari ) :
* Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1
* Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid
Jika siklus haid tidak teratur :
* Catat jumlah hari dalam satu siklus haid selama 6 bulan (6 siklus). Satu siklus haid dihitung mulai dari hari pertama haid saat ini hingga hari pertama haid berikutnya.
* Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
* Rumus
Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18
Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11
2. Perubahan sekresi lendir leher rahim ( Serviks )
Masa subur juga bisa diketahui lewat pemeriksaan getah lendir (mukus) mulut rahim (serviks). Ini pun dapat kita lakukan sendiri. Caranya, lendir dari mulut rahim diperiksa setiap hari. Hormon Estrogen mencapai puncaknya pada saat ovulasi biasanya lendir rahim jadi agak encer dan bila diraba dengan jari telunjuk atau ibu jari, lalu rekatkan lendir tersebut seperti membentuk benang dengan jarak 2 – 3 cm, jika lendir tersebut terputus tandanya tidak subur, dan apabila lendir tersebut tidak terputus maka ada dalam masa subur, tingkat keberhasilan dengan cara ini hanya sekitar 60% – 70%.
Lendir rahim berwarna bening, mungkin elastis, mudah pecah, lembut, licin seperti putih telur yang mentah. Elastisitas ini dikenal sebagai efek Spin yng menunjukkan lendir subur. Untuk lebih yakin lendir yang keluar dari mulut rahim dapat diperiksa oleh ahli pada objek gelas dibawah mikroskop, apabila lendir yng terjadi pada masa subur akan terlihat seperti daun pakis.
Ada yang perlu diingat selama pemeriksaan lendir serviks, yaitu :
- Jumlah dan kualitas lendir bervariasi pada perempuan satu dengan lainnya, termasuk dengan siklus itu sendiri.
- Setiap perubahan sensasi, jumlah lendir juga harus diperhatikan
- jika sulit untuk mendeteksi lendir dari luar, bisa diketahui setelah berolahraga atau setelah buang air besar
- Kegel ( gerakan mengerutkan otot pinggul bagian bawah seperti sedang menahan kencing ) terkadang dapat membantu pengeluaran lendir
3. Ukur suhu tubuh
Suhu tubuh normal basanya 35,5 – 36 derajat celsius. Pada waktu ovulasi turun dulu dan naik kembali mencapai 37 – 38 derajat celcius dan tidak akan kembali ke suhu normal 35 derajat. Kenaikan suhu tubuh terjadi apabila sudah terbentuknya Progesteron yang bertugas menyiapkan jaringan dalam rahim untuk menerima sel telur yang telah di buahi. Caranya lakukan pengukuran suhu tubuh pada pagi hari setelah bangun tidur sebelum melakukan aktivitas apapun, kemudian masukkan termometer ke dalam dubur atau mulut vagina selama 5 – 6 menit. Tutup kembali mulut vagina selama pengukuran berlangsung, lakuakn hal ini setip hari pada jam yang selama 3 bulan. Jangan lupa untuk mencatat setiap hasil pengukuran sampai membentuk kurva
dengan syarat selama menentukan masa subur dengan mengukur suhu selama 3 bulan : suhu tubuh tidak boleh dalam kondisi demam, jangan tidur dibawah lampu yang panas, dan jangan tidur dengan menggunakan AC dalam suhu yang sangat tinggi.
4. Lewat USG
cara ini biasa dan sering dilakukan oleh banyak wanita hamil, untuk mengetahui perkembangan sel telur yang telah dibuahi atau calon janin yang sudah jadi.
Adapula penyebab / masalah masa subur wanita yang tidak bisa hamil, seperti :
1. Infeksi
Infeksi atau peradangan yang sudah lalu atau kronis dapat merusak indung telur dan menghambat kelangsungan pertemuan antara sel telur dengan sel sperma
2. Terganggunya sel Telur
Adanya kelainan atau gangguan pada sel telur yang menghambat pembuahan seperti: Kista, Endometriosis atau Tumor.
3. Ketidak seimbangannya Hormon
Ketidakseimbangan hormon dapat mengakibatkan teadinya pelepasan sel telur dari indung telur dan berpengaruh pada produksi hormon Progesteron. Salah satunya hormon Hipopysa ( terletak di kelenjar bawah otak ) yang dapat membantu perangsangan pada sel telur, tetapi jika terdapat tumor atau penykit lainnya yang meradang pada kelenjar Hipopysa, stimulasi pertumbuhan pad sel telur tidak dapat terjadi dan produksi sel telur terganggu.
4. Getah Serviks
Kehamilan sulit dicapai apabila getah serviks yang mengandung antibodi atau anti-imun, zat penolak sperma. Keadaan ini dapat diketahui setelah melakukan aktivitas seksual, getah lendir diambil usai hubungan seksual. Lendir yang mengandung antibodi mengakibatkan banyak sel sperma mati dan tidak bergerak.
5. Kerusakan Struktural
Kerusakan Struktural biasanya terjadi pada rahim ( tempat dimana tumbuhnya janin ). Janin dapat karena teridentifikasinya infeksi, permukaan yang abnormal, fibroid ( tumor jinak ), kanker dsb.
Masa Subur Wanita Dewasa
pada dasarnya sama saja dengan masa subur yang dialami wanita yang ingn hamil. Siklus menstruaasi dapat mempengaruhi hormon pada wanita seperti hormon esterogen dan progesteron. Hormon – hormon ini juga dapat mempengaruhi perubahan fisik pada tubuh wanita yang dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis, seperti :
1. Perubahan suhu basal tubuh
2. Perubahan Lendir Serviks
Perubahan lendir serviks dapat diamati melalui vulva ( alat kelamin luar ). Lendir Serviks ini dapat diketahui dengan rasas / sensasi, penampakan, dan tes dengan jari tangan.
3. Perubahan pada Serviks
Pengamatan pada serviks akan memberikan tambahan informasi dan sangat bernmanfaat bagi yang mempunyai siklus panjang, bagi yang wanita yang menyusui atau sebelum datang masa menopause. Perubahan lendir serviks belum bisa dikatakan terjadinya masa subur. Masa subur pada perubahan lendir serviks biasanya dapat dikenali dengan perubahan panjang, posisi, konsistens dan terbukanya serviks. Pada umumnya memerlukan waktu 1 – 3 hari.
4. Minor kesuburan atau perubahan pada payudara
Perubahan dapat dirasakan dengan rasa sakit karena ovulasi ( Mittelschmerz Pain ) rasa sakit pada perut bagian bawah selama beberapa jam dan rass kencang dan menggelayar pada payudara.

Masa Subur pada Pria No comments yet

Seorang laki-laki dapat dikatakan dewasa, apabila sudah mencapai usia akhil baliq, seperti mimpi basah berarti sel serma sudah matang dan bisa membuahi sel telur ( biasanya sekitar usia 15 – 17 tahun ). Seorang pria tidak bisa menentukan masa subur seperti layaknya seorang wanita yang mudah dikenali dengan adanya siklus menstruasi dan perubahan lainnya yang dapat dilihat secara fisik. Kaum pria bisa memproduksi juataan sel sperma, dibandingkan wanita yang hanya bisa menghasilkan satu sel telur setiap siklus menstruasi. Bisa dikatakan masa subur pria dialami setiap saat.
Ada beberapa hal yang juga menyebabkan ketidak suburan pada pria, antara lain :
1. Penurunan kesuburan karena usia. Menurut data yang kami peroleh, 8% pria yang berusia 25 tahun gagal memberikan membuahi pasangannya, 15 % pada pria berusia 35 tahun juga gagal menghamili pasangan untuk mendapatkan buah hati, 40% pria ataupun wanita yang berusia 40 tahun keatas juga mengalami hal yang sama. Untuk usia 40 tahun keatas atau yang dikenl puber kedua yang dalami pria atupun wanita, daya rangsang dan masa subur menurun selain karena fisik, frekuensi untuk berhubungan seksual makin berkurang sejalan dengan bertambahnya usia.
2. Obesitas atau kegemukan. Menurut sebuah penelitian menyatakan 12 % masalah ketidak suburan karena masalah berat badan, terlalu kurus atau gemuk sangat mempengaruhi keesuburan pada pria ataupun wanita.
3. Kebiasaan mengkonsumsi kopi. Hal ini juga dapat mempengaruhi kesuburan, karena kandungan kafein dalam kopi dapat mengurangi tingkat kesuburan, dan reproduksi.
4. Rokok. Kandungan nikotin dalam rokok sangat membahayakan bagi tubuh dan menimbulkan aroma tidak sedap pada pasangan dan lemahnya pembuahan.

Kanker Serviks: Ciri-ciri, Penyebab, dan Pencegahan Kanker Serviks

kanker serviks atau yang disebut juga sebagai kanker mulut rahim merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak ditakuti kaum wanita. Berdasarkan data yang ada, dari sekian banyak penderita kanker di Indonesia, penderita kanker serviks mencapai sepertiga nya. Dan dari data WHO tercatat, setiap tahun ribuan wanita meninggal karena penyakit kanker serviks ini dan merupakan jenis kanker yang menempati peringkat teratas sebagai penyebab kematian wanita dunia.
Kanker serviks menyerang pada bagian organ reproduksi kaum wanita, tepatnya di daerah leher rahim atau pintu masuk ke daerah rahim yaitu bagian yang sempit di bagian bawah antara kemaluan wanita dan rahim.

Penyebab Kanker Serviks

Human papilloma Virus (HPV) merupakan penyebab dari kanker serviks. Sedangkan penyebab banyak kematian pada kaum wanita adalah virus HPV tipe 16 dan 18. Virus ini sangat mudah berpindah dan menyebar, tidak hanya melalui cairan, tapi juga bisa berpindah melalui sentuhan kulit. Selain itu, penggunaan wc umum yang sudah terkena virus HPV, dapat menjangkit seseorang yang menggunakannya jika tidak membersihkannya dengan baik.
kanker serviksSelain itu, kebiasaan hidup yang kurang baik juga bisa menyebabkan terjangkitnya kanker serviks ini. Seperti kebiasaan merokok, kurangnya asupan vitamin terutama vitamin c dan vitamin e serta kurangnya asupan asam folat. Kebiasaan buruk lainnya yang dapat menyebabkan kanker serviks adalah seringnya melakukan hubungan intim dengan berganti pasangan, melakukan hubungan intim dengan pria yang sering berganti pasangan dan melakukan hubungan intim pada usia dini (melakukan hubungan intim pada usia <16 tahun bahkan dapat meningkatkan resiko 2x terkena kanker serviks). Faktor lain penyebab kanker serviks adalah adanya keturunan kanker, penggunaan pil KB dalam jangka waktu yang sangat lama, terlalu sering melahirkan.

Ciri-Ciri Perempuan Menderita Kanker Serviks

Kanker serviks membutuhkan proses yang sangat panjang yaitu antara 10 hingga 20 tahun untuk menjadi sebuah penyakit kanker yang pada mulanya dari sebuah infeksi. Oleh karena itu, saat tahap awal perkembangannya akan sulit untuk di deteksi. Oleh karena itu di sarankan para perempuan untuk melakukan test pap smear setidaknya 2 tahun sekali, melakukan test IVA (inspeksi visual dengan asam asetat, dll. Meskipun sulit untuk di deteksi, namun ciri-ciri berikut bisa menjadi petunjuk terhadap perempuan apakah dirinya mengidap gejala kanker serviks atau tidak:
  1. Saat berhubungan intim selaku merasakan sakit, bahkan sering diikuti pleh adanya perdarahan.
  2. Mengalami keputihan yang tidak normal disertai dengan perdarahan dan jumlahnya berlebih
  3. Sering merasakan sakit pada daerah pinggul
  4. Mengalami sakit saat buang air kecil
  5. Pada saat menstruasi, darah yang keluar dalam jumlah banyak dan berlebih
  6. Saat perempuan mengalami stadium lanjut akan mengalami rasa sakit pada bagian paha atau salah satu paha mengalami bengkak, nafsu makan menjadi sangat berkurang, berat badan tidak stabil, susah untuk buang air kecil, mengalami perdarahan spontan.
Amniotomi
a.    Pengertian
        Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono, 2006).
b.    Indikasi amniotomi
Indikasi amniotomi menurut Manuaba (2007) dan Sumarah (2008):
1)    Pembukaan lengkap
2)    Pada kasus solution placenta
3)    Akselerasi persalinan
4)    Persalinan pervaginam dengan menggunakan instrument
c.    Keuntungan tindakan amniotomi
1)    Untuk melakukan pengamatan ada tidaknya mekonium
2)    Menentukan punctum maksimum DJJ akan lebih jelas
3)    Mempermudah perekaman pada saat pemantauan janin
4)    Mempercepat proses persalinan karena mempercepat proses pembukaan serviks.
d.    Kerugian tindakan amniotomi
1)    Dapat menimbulkan trauma pada kepala janin yang mengakibatkan kecacatan pada tulang kepala akibat dari tekanan deferensial meningkat
2)    Dapat menambah kompresi tali pusat akibat jumlah cairan amniotik berkurang.
e.    Cara melakukan amniotomi menurut Sarwono (2006) :
1)    Persiapan alat:
a)    Bengkok.
b)    Setengah kocker.
c)    Sarung tangan satu pasang.
d)    Kapas saflon ½%.
2)    Persiapan pasien:
a)    Posisi dorsal rekumbent.
3)    Persiapan pelaksanaan:
a)    Memberitahu tindakan.
b)    Mendekatkan Alat.
c)    Memeriksakan DJJ dan mencatat pada partograf.
d)    Cuci tangan dan keringkan.
e)    Memakai sarung tangan pada dua tangan.
f)     Melakukan periksa dalam dengan hati-hati diantara kontraksi. Meraba dengan hati-hati selaput ketuban untuk memastikan apakah kepala sudah masuk kedalam panggul dan memeriksa tali pusat atau bagian-bagian tubuh kecil janin tidak dipalpasi. Bila selaput ketuban tidak teraba diantara kontraksi, tunggu sampai ada kontraksi berikutnya sehingga selaput ketuban terdorong kedepan sehingga mudah dipalpasi.
g)    Tangan kiri mengambil klem ½ kocker yang telah dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dalam mengambilnya mudah.
h)    Dengan menggunakan tangan kiri tempatkan klem ½ kocker desinfeksi tingkat tinggi atau steril dimasukkan kedalam vagina menelusuri jari tangan kanan yang yang berada didalam vagina sampai mencapai selaput ketuban.
Amniotomi
i)      Pegang ujung klem ½ kocker diantara ujung jari tangan kanan pemeriksa kemudian menggerakkan jari dengan menggerakkan jari dengan lembut dan memecahkan selaput ketuban dengan cara menggosokkan klem ½ kocker secara lembut pada selaput ketuban.
j)      Kadang-kadang hal ini lebih mudah dikerjakan diantara kontraksi pada saat selaput ketuban tidak tegang. Tujuannya adalah ketika selaput ketuban dipecah air ketuban tidak nyemprot.
k)    Biarkan air ketuban membasahi jari pemeriksa.
l)      Ambil klem ½ kocker dengan menggunakan tangan kiri dan masukkan ke dalam larutan klorin ½% untuk dekontaminasi.
m)  Jari tangan kanan pemeriksa tetap berada di dalam vagina melakukan pemeriksaan adakah tali pusat atau bagian kecil janin yang teraba dan memeriksa penurunan kepala janin.
n)    Bila hasil pemeriksaan tidak didapatkan adanya tali pusat atau bagian-bagian tubuh janin yang kecil dan hasil pemeriksaan penurunan kepala sudah didapatkan, maka keluarkan tangan pemeriksa secara lembut dari dalam vagina.
o)    Lakukan pemeriksaan warna cairan ketuban adakah mekonium, darah, apakah jernih.
p)    Lakukan langkah-langkah gawat darurat apabila terdapat mekonium atau darah.
q)    Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam larutan klorin ½ % kemudian lepaskan sarung tangan kedalam larutan klorin ½ % kemudian lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbaik dan biarkan terendam selama 10 menit.
r)     Cuci tangan.
s)    Periksa DJJ.
t)     Lakukan dokumentasi pada partograf tentang warna ketuban, kapan pecahnya ketuban, dan DJJ.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/amniotomi.html#ixzz2U1i8rFry

Sunday, May 12, 2013

Atonia Uteri
a.     Pengertian
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri. Perdarahan postpartum dengan penyebab uteri tidak terlalu banyak dijumpai karena penerimaan gerakan keluarga berencana makin meningkat (Manuaba & APN). 
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan  pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tidak berkontraksi.

Batasan: Atonia uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi setelah janin dan plasenta lahir.

b.     Penyebab :
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi (penunjang ) seperti :
1. Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi.
2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
3. Multipara dengan jarak kelahiran pendek
4. Partus lama / partus terlantar
5. Malnutrisi.
6. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum terlepas dari dinding uterus.

c.     Gejala Klinis:
·         Uterus tidak berkontraksi dan lunak 
·         Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir (P3).
d.     Pencegahan atonia uteri.
Atonia uteri dapat dicegah dengan Managemen aktif kala III, yaitu pemberian oksitosin segera setelah bayi lahir (Oksitosin injeksi 10U IM, atau 5U IM dan 5 U Intravenous atau 10-20 U perliter Intravenous drips 100-150 cc/jam.
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Menejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.Oksitosin mempunyai onset yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti preparat ergometrin. Masa paruh oksitosin lebih cepat dari Ergometrin yaitu 5-15 menit.
Prostaglandin (Misoprostol) akhir-akhir ini digunakan sebagai pencegahan perdarahan postpartum.


  e. Penanganan Atonia Uteri

Penanganan Umum

·         Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
·         Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital(TNSP).
·         Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika tanda -tanda syok tidak terlihat, ingatlah saat melakukan evaluasi lanjut karena status ibu tersebut dapat memburuk dengan cepat. 
·         Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok.oksigenasi dan pemberian cairan cepat, Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.
·         Pastikan bahwa kontraksi uterus baik: 
·         lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif. berikan 10 unit oksitosin IM 
·         Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar-masuk.
·         Periksa kelengkapan plasenta Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina, dan perineum.
·         Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti), periksa kadarHemoglobin:
·         Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari 20%( anemia berat):berilah sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 120 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan;
·         Jika Hb 7-11 g/dl: beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 60 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan;

Penanganan Khusus
·         Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri.
·         Teruskan pemijatan uterus.Masase uterus akan menstimulasi kontraksi uterus yang menghentikan perdarahan.
·         Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau berurutan
·         Jika uterus berkontraksi.Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.
·         Jika uterus tidak berkontraksi maka :Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & ostium serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong
Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai kebutuhan. Jika perdarahan terus berlangsung:
Pastikan plasenta plasenta lahir lengkap;Jika terdapat tanda-tanda sisa plasenta (tidak adanya bagian permukaan maternal atau robeknya membran dengan pembuluh darahnya), keluarkan sisa plasenta tersebut.Lakukan uji pembekuan darah sederhana.
Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan adanya koagulopati.

Sikap bidan

sikap bidan dengan atonia uteri
penanganan atonia uteri




Teknik KBI
1.      Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukkan tangan (dengan cara menyatukan kelima ujung jari) ke intraktus dan ke dalam vagina itu.
2.      Periksa vagina & serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri mungkin uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh.
3.      Letakkan kepalan tangan pada fornik anterior tekan dinding anteror uteri sementara telapak tangan lain pada abdomen, menekan dengan kuat dinding belakang uterus ke arah kepalan tangan dalam.
cara penanganan atoia uteri kompresi bimanual eksterna (KBE)
kompresi bimanual eksterna (KBE)



4.      Tekan uterus dengan kedua tangan secara kuat. Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah di dalam dinding uterus dan juga merang sang miometrium untuk berkontraksi.
5.      Evaluasi keberhasilan:
-     Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBl selama dua menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina. Pantau kondisi ibu secara melekat selama kala empat.
-     Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung, periksa perineum, vagina dari serviks apakah terjadi laserasi di bagian tersebut. Segera lakukan    si penjahitan jika ditemukan laserasi.
-     Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal (KBE, Gambar 5-4) kemudian terus kan dengan langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta tolong keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.
Alasan: Atonia uteri seringkali bisa diatasi dengan KBl, jika KBl tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan lain.
6.      Berikan 0,2 mg ergometrin IM (jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi)         
Alasan : Ergometrin yang diberikan, akan meningkatkan tekanan darah lebih tinggi dari kondisi normal.
7.      Menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infus dan berikan 500 ml larutan Ringer Laktat yang mengandung 20 unit oksitosin. 
          Alasan:   Jarum dengan diameter besar, memungkinkan pemberian cairan IV secara cepat, dan dapat  langsung digunakan jika ibu membutuhkan transfusi darah. Oksitosin IV akan dengan cepat merangsang kontraksi uterus. Ringer Laktat akan membantu mengganti volume cairan yang hiking selama perdarahan. 
8.      Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI.
Alasan:   KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin dapat membantu membuat uterus-berkontraksi
9.      Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu sampai 2 menit, segera lakukan rujukan Berarti ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan perawatan gawat-darurat di fasilitas kesehatan yang dapat melakukan tindakan pembedahan dan transfusi darah.
10.  Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI hingga ibu tiba di tempat rujukan. Teruskan pemberian cairan IV hingga ibu tiba di fasilitas rujukan:
a.  Infus 500 ml yang pertama dan habiskan dalam waktu 10 menit.
b.  Kemudian berikan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 liter, dan kemudian berikan 125 ml/jam.
c.   Jika cairan IV tidak cukup, infuskan botol kedua berisi 500 ml cairan dengan tetesan lambat dan berikan cairan secara oral untuk asupan cairan tambahan.
Kompresi bimanual eksternal
1.      Letakkan satu tangan pada abdomen di depan uterus, tepat di atas simfisis pubis.
2.      Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen (dibelakang korpus uteri), usahakan memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.
cara penanganan atonia uteri kompresi bimanual eksterna (KBE)
Kompresi bimanual eksterna (KBE)




3.      
3.      Lakukan gerakan saling merapatkan kedua tangan untuk melakukan kompresi pembuluh darah di dinding uterus dengan cara menekan uterus di antara kedua tangan tersebut. (Pusdiknakes, Asuhan Persalinan Normal)
Jika perdarahan terus berlangsung setelah dilakukan kompresi:
·         Lakukan ligasi arteri uterina dan ovarika. 
·         Lakukan histerektomi jika terjadi perdarahan yang mengancam jiwa setelah ligasi. 

Uterotonika :

Oksitosin : merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani.
Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus dengan Larutan Ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM).
Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.

Metilergonovin maleat : merupakan golongan ergot alkaloid yang dapat menyebabkan tetani uteri setelah 5 menit pemberian IM.
Dapat diberikan secara IM 0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis maksimum 1,25 mg, dapat juga diberikan langsung pada miometrium jika diperlukan (IMM) atau IV bolus 0,125 mg.
Obat ini dikenal dapat menyebabkan vasospasme perifer dan hipertensi, dapat juga menimbulkan nausea dan vomitus. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan hipertensi.

Prostaglandin (Misoprostol) : merupakan sintetik analog 15 metil prostaglandin F2alfa.
Misoprostol dapat diberikan secara intramiometrikal, intraservikal, transvaginal, intravenous, intramuscular, dan rectal. Pemberian secara IM atau IMM 0,25 mg, yang dapat diulang setiap 15 menit sampai dosis maksimum 2 mg. Pemberian secara rektal dapat dipakai untuk mengatasi perdarahan pospartum (5 tablet 200 µg = 1 g).
Prostaglandin ini merupakan uterotonika yang efektif tetapi dapat menimbulkan efek samping prostaglandin seperti: nausea, vomitus, diare, sakit kepala, hipertensi dan bronkospasme yang disebabkan kontraksi otot halus, bekerja juga pada sistem termoregulasi sentral, sehingga kadang-kadang menyebabkan muka kemerahan, berkeringat, dan gelisah yang disebabkan peningkatan basal temperatur, hal ini menyebabkan penurunan saturasi oksigen.
    Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada ibu dengan kelainan kardiovaskular, pulmonal, dan gangguan hepatik.
Efek samping serius penggunaannya jarang ditemukan dan sebagian besar dapat hilang sendiri. Dari beberapa laporan kasus penggunaan prostaglandin efektif untuk mengatasi perdarahan persisten yang disebabkan atonia uteri dengan angka keberhasilan 84%-96%. Perdarahan pospartum dini sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri maka perlu dipertimbangkan pemakaian Uterotonika untuk menghindari perdarahan masif yang terjadi.


. Daftar Pustaka :
James R Scott, et al. Danforth buku saku obstetric dan ginekologiAlih bahasa TMA Chalik. Jakarta: Widya Medika, 2002. Obstetri fisiologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Unversitas Padjajaran Bandung, 1993.
Mochtar, Rustam. Sinopsis obstetrik. Ed. 2. Jakarta: EGC, 1998.
Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana. Jakarta: EGC, 1998.
Bobak, Lowdermilk, Jensen. Buku ajar keperawatan maternitas. Alih bahasa: Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugerah. Jakarta: EGC. 2004
Heller, Luz. Gawat darurat ginekologi dan obstetric. Alih bahasa H. Mochamad martoprawiro, Adji Dharma. Jakarta: EGC, 1997.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/artikel-lengkap-atonia-uteri_25.html#ixzz2T9K2tu32

SOLUSIO PLASENTA

I. Landasan Teori
1. PENGERTIAN SOLUSIO PLASENTA
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter. Hematoma dapat semakin membesar kearah pinggir plasenta sehingga amniokhorion sampai terlepas, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar), sebaliknya apabila amniokhorion tidak terlepas, perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).
Penyulit terhadap ibu dalam bentuk:
1. Berkurangnya darah dalam sirkulasi darah
2. Terjadinya penurunan tekanan darah, peningkatan nadi, dan pernafasan
3. Penderita tampak anemis
4. Dapat menimbulkan pembekuan darah
5. Menimbulkan perdarahan postpartum
6. Peningkatan timbunan darah di belakang plasenta yang menyebabkan rahim keras, padat, dan kaku
7. Menyababkan asfiksia ringan sampai kematian janin dalam rahim
2. PENYEBAB SOLUSIO PLASENTA
Solusio plasenta merupakan keadaan gawat kebidanan yang memerlukan perhatian karena penyulit yang ditimbulkan terhadap ibu maupun janin.
Penyebab solusio plasenta :
1. Trauma langsung terhadap uterus hamil
• Terjatuh terutama tertelungkup
• Tendangan anak yang sedang digendong
2. Tindakan kebidanan
• Setelah versi luar
• Setelah memecahkan ketuban
• Persalinan anak kedua hamil kembar
3. Tali pusat yang pendek
• Hamil pada usia tua
• Mempunyai tekanan darah tinggi
• Pre-eklampsi atau eklampsia
• Tekanan vena kava inferior yang tinggi
• Kekurangan asam folik
3. GAMBARAN KLINIK SOLUSIO PLASENTA
Tergantung dari seberapa bagian plasenta yang terlepas.
1. Solusio plasenta ringan
a. Terlepasnya plasenta kurang dari ¼ luasnya
b. Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan
c. Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan
d. Persalinan berjalan dengan lancar pervaginam
2. Solusio plasenta sedang
a. Terlepasnya plasenta lebih dari ¼ tetapi belum mencapai 2/3 bagian
b. Dapat menimbulkan gejala klinik
• Perdarahan dengan rasa sakit
• Perut terasa tegang
• Gerak janin berkurang
• Palpasi bagian janin sulit diraba
• Auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang
• Pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol
• Dapat terjadi gangguan pembekuan darah
3. Solusio plasenta berat
a. Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian
b. Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri
c. Penyulit pada ibu :
• Terjadi syok dengan tekanan darah menurun , nadi, dan pernafasan meningkat
• Dapat terjadi gangguan pembekuan darah
• Penderita tampak anemis
• Saat dipalpasi janin susah untuk diraba
• Pemerikasaan dalam ketuban tegang dan menonjol
4. DIAGNOSIS SOLUSIO PLASENTA
Diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan dengan melakukan :
a. Anamnesa
• Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri
• Terjadi spontan atau karena trauma
• Perut terasa nyeri
• Diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam rahim
b. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan fisik umum
• Keadaan umum penderita tidak sesuai dengan jumlah perdarahan
• Tekanan darah menurun, nadi dan pernafasan meningkat
• Penderita tampak anemis
2. Pemeriksaan khusus
a. Palpasi abdomen
• Perut tegang terus menerus
• Terasa nyeri saat dipalpasi
• Bagian janin sukar ditemukan
b. Auskultasi
• Denyut jantung janin bervariasi dan asfiksia ringan sampai berat
c. Pemeriksaan dalam
• Terdapat pembukaan
• Ketuban tegang dan menonjol
C. pemerikasaan penunjang, dengan ultrasonografi, dijumpai perdarahn antara plasenta dan dinding abdomen
5. PENANGANAN SOLUSIO PLASENTA
1. Solusio plasenta ringan
• Perut tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu banyak
• Keadaan janin masih baik dapat dilakukan penanganan secara konservatif
• Perdarahan berlangsung terus ketegangan makin meningkat dengan janin yang masih baik dilakukan SC
• Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan premature dilakukan perawatan inap
2. Solusio plasenta tingkat sedang dan berat
Penanganannya dilakukan di rumah sakit karena dapat membahayakan jiwa penderita. Tatalaksananya adalah :
• Pemasangan infuse dan transfusi darah
• Memecahkan ketuban
• Induksi persalinan atau dilakukan SC
3. Sikap bidan dalam menghadapi solusio plasenta
• Bidan merupakan tenaga andalan masyarakat untuk dapat memberikan pertolongan kebidanan, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Dalam menghadapi perdarahan pada kehamilan, sikap bidan yang paling utama adalah melakukan rujukan ke rumah sakit.
Dalam melakukan rujukan diberikan pertolongan darurat :
• Pemasangan infuse
• Tanpa melakukan pemerikasaan dalam
• Diantar petugas yang dapat memberikan pertolongan
• Mempersiapkan donor dari masyarakat atau keluarganya
• Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk memberikan pertolangan pertama
6. KOMPLIKASI SOLUSIO PLASENTA
1. Penyulit (komplikasi) ibu
a. Perdarahan dapat menimbulkan
• Variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok
• Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita anemis sampai syok
• Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma
b. Gangguan pembekuan darah
• Masuknya tromboplasin ke dalam sirkulasi darah menyebabkan pembekuan darah intravascular dan disertai hemolisis
• Terjadi penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat menganggu pembekuan darah
c. Oliguria
• Terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan produksi urin makin berkurang
d. Perdarahan postpartum
• Pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi darah ke otot rahim, sehingga menganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri
• Kegagalan pembekuan darah menambah beratnya perdarahan
2. Penyulit pada janin
Perdarahan yang terimbun di belakang plasenta menganggu sirkulasi dan nutrisi kearah janin dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai berat dan kematian dalam rahim.
Solusio plasenta
Kejadian Hamil tua
Inpartu
Anamnesa Mendadak
Terdapat trauma
Perdarahn dengan nyeri
Keadaan umum Tidak sesuai dengan perdarahan
Anemis, tekanan darah menurun, nadi dan pernafasan meningkat
Disertai pre-eklampsi atau eklampsia
Palpasi abdomen Tegang, nyeri
Bagian janin sulit diraba
DJJ Asfiksia samapai mati tergantung lepasnya plasenta
Pemerikasaan dalam Ketuban tegang menonjol